Thursday

Zaman VOC, Biang Kemacetan Bisa Kena Denda

Meskipun tidak separah hari ini, lalu lintas Batavia—nama lama untuk Jakarta—kerap didera kemacetan setiap kali ada pesta pernikahan. Arak-arakan kereta berkuda tak terhitung banyaknya, apalagi kalau yang punya hajat adalah keluarga pejabat VOC. Mereka menuju Kastil Batavia untuk melaksanakan prosesi pemberkatan dan pencatatan sipil.

Kastil Batavia nan megah di muara Sungai Ciliwung itu memang sudah tidak ada lagi. Lokasinya kini dibelah Jalan Tongkol, di kawasan Kota Tua Jakarta. Setidaknya, ada tiga bangunan semasa yang menjadi saksi atas kemegahan Kastil Batavia: gedung Galangan Kapal VOC, Gudang VOC Timur, dan Gudang VOC Barat yang kini menjadi Museum Bahari.

Kala itu, kereta mempelai yang ditarik empat ekor kuda biasanya diiringi kereta-kereta kuda lain yang membawa serta keluarga besar, kerabat, dan teman. Jumlah kuda penarik kereta juga menandakan kelas. Keluarga Gubernur Jenderal, misalnya, menggunakan kereta yang dihela enam ekor kuda. 

Arak-arakan pernikahan mewah itu bergerak melambat menyeberangi jembatan menuju pintu gerbang selatan Kastil Batavia, kemudian memasuki kastil menuju balai kota dan gereja. Akibatnya, terjadi kemacetan yang mengular di sepanjang jalan hingga di halaman dalam kastil. Sebuah masalah bagi kota yang baru dibangun ini.

Lukisan cat minyak karya Andries Beeckman
Gambar: Lukisan cat minyak karya Andries Beeckman yang menggambarkan Kastil Batavia dilihat dari Kali Besar Barat. Di latar depan tampak kesibukan pasar ikan sekitar 1656 (Tropenmuseum/Wikimedia)


Pamer kekayaan di depan publik juga mewarnai pemerintah Batavia abad ke-17. Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761) sengaja membuat “Aturan tentang Perayaan Resmi dan Megah” pada 30 Desember 1754. Aturan yang dibikinnya berkait dengan kepemilikan simbol kekayaan yang paling nyata saat itu: kereta kuda dan parasol. 

Tujuan peraturan tersebut sekadar membedakan status sosial warga Batavia, bukan membedakan antara warga Eropa dan Asia. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam VOC, semakin mewah upacara pernikahannya, dan semakin banyak jumlah barang mahal yang diperbolehkan. Dalam peraturan Mossel tersebut, perayaan keluarga—seperti pembaptisan dan pernikahan—akan dikenakan pajak. Pajak dihitung berdasarkan jumlah kereta kuda yang menghadiri perhelatan tersebut. 

Rupanya, pajak tidak mempan untuk menyurutkan arak-arakan kereta nan mewah dan panjang dalam perhelatan pernikahan. Dan, hal ini kerap menjadi biang kemacetan. Akhirnya, pada masa Gubernur Jenderal Willem Alting (1780-1797), pemerintah kota melarang penggunaan iring-iringan kereta kuda untuk acara pernikahan. Aturan pun tegas, bagi yang melanggar akan didera denda. Pemungutan denda dilakukan oleh pihak gereja.

Seolah sudah menjadi gaya hidup, arak-arakan kereta kuda yang mengantar pengantin dan keluarga mereka sengaja datang terlambat ke prosesi pemberkatan di gereja. Pasangan datang terlambat setelah lonceng gereja berdentang ketiga kalinya. Saat terlambat dan dinantikan oleh banyak tamu undangan itulah kedua mempelai ingin menunjukkan status sosial mereka sebagai keluarga yang mampu. Denda pun menjelma sebagai alat penegas gengsi.

Sengaja datang terlambat dan menjadi biang kemacetan sudah menjadi mode dan prestise masyarakat berkelas pada abad ke-17. Kemudian, pemerintah kota pun berupaya mengaturnya lagi dengan denda tambahan: Bagi mereka yang menggunakan satu kereta pengiring atau lebih, maka mereka wajib membayar denda dua kali lipat.

Tak semua warga Batavia berasal dari status sosial yang tinggi. Ada juga yang keberatan soal denda ini. Pasangan pengantin yang keberatan mencoba mengakalinya dengan cara menghentikan iring-iringan di tepian Kali Besar, agak jauh dari gereja. Lalu, mereka melanjutkan dengan jalan kaki menuju gereja sehingga menghindari kemacetan dan terbebas dari denda.

Apakah perilaku pamer kekayaan dan datang terlambat yang kerap kita jumpai dalam kehidupan masa kini di Kota Jakarta merupakan kelanjutan tabiat penghuni awal Kota Batavia?

Wednesday

Indonesia pernah punya Polisi hebat, Dialah Jenderal Hoegeng

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid secara bercanda pernah mengatakan bahwa di negeri ini ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yakni pertama “polisi tidur” dan kedua Hoegeng.

Mungkin banyak dari kita yang tidak tahu, bahwa Bapak Hoegeng lah yang pertama kali menyarankan agar para bikers menggunakan helm demi keselamatan.. walaupun di awal pencetusan idenya ini banyak datang fitnah bertubi-tubi, tapi dengan kalem beliau menanggapi "suatu saat masyarakat Indonesia akan cerdas dan akan tahu betapa pentingnya menggunakan helm saat berkendara". maklum pada tahun 75-an belum banyak sepeda motor, apalagi kecelakaan lalu lintas.

Jendral Hoegeng

tentang candaan Gusdur sebenarnya bukan untuk kalangan polisi saja, tetapi masyarakat umum pun dapat belajar dari kisah kehidupan Jenderal Hoegeng. Sesungguhnya budaya korupsi itu dapat ditangkal dengan nilai kejujuran, kerja keras, dan kesederhanaan seperti yang tecermin dalam tingkah laku Hoegeng. Hoegeng lahir di Pekalongan 14 Oktober 1921.

Nama pemberian ayahnya adalah Iman Santoso. Waktu kecil dia sering dipanggil bugel (gemuk), lama kelamaan menjadi bugeng, dan akhirnya berubah jadi hugeng. Setelah dewasa bahkan sampai tua, dia tetap kurus. Ayahnya Sukario Hatmodjo pernah menjadi kepala kejaksaan di Pekalongan; bertiga dengan Ating Natadikusumah (kepala polisi) dan Soeprapto (ketua pengadilan), mereka menjadi trio penegak hukum yang jujur dan profesional.

Ketiga orang inilah yang memberikan andil bagi penumbuhan sikap menghormati hukum bagi Hoegeng kecil. Bahkan karena kekaguman kepada Pak Ating– yang gagah, suka menolong orang, dan banyak teman–, Hoegeng pun bercita-cita menjadi polisi. Setelah lulus PTIK tahun 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur.

Penugasannya yang kedua sebagai kepala reskrim di Sumut menjadi batu ujian bagi seorang polisi karena daerah ini terkenal dengan penyelundupan. Hoegeng disambut secara unik, rumah pribadi dan mobil telah disediakan oleh beberapa cukong perjudian. Dia menolak dan lebih memilih tinggal di hotel sebelum dapat rumah dinas.

Masih ngotot, rumah dinas itu kemudian juga dipenuhi perabot oleh tukang suap itu. Kesal, dia mengultimatum agar barang-barang itu diambil kembali oleh pemberi dan karena tidak dipenuhi akhirnya perabot itu dikeluarkan secara paksa oleh Hoegeng dari rumahnya dan ditaruh di pinggir jalan.

Maka gemparlah Kota Medan karena ada seorang kepala polisi yang tidak mempan disogok. Setelah sukses bertugas di Medan, Hoegeng kembali ke Jakarta. Untuk sementara dia dan istri menginap di garasi rumah mertuanya di Menteng. Kemudian dia ditugasi sebagai Kepala Jawatan Imigrasi.

Sehari sebelum diangkat, dia menutup usaha kembang yang dijalankan istrinya di Jalan Cikini karena khawatir orang-orang yang berurusan dengan imigrasi sengaja memborong bunga untuk mendapatkan fasilitas tertentu. Selepas dari sini, atas usul dari Sultan Hamengku Buwono IX, Hoegeng diangkat menjadi Menteri Iuran Negara dalam Kabinet “Seratus Menteri” Juni 1965. Tahun 1966 dia kembali ke kepolisian sebagai deputi operasi dan tahun 1968 menjadi panglima angkatan kepolisian.

Dalam jabatan ini terjadi beberapa kasus yang menarik perhatian publik seperti Sum Kuning, penyelundupan Robby Tjahyadi, dan tewasnya mahasiswa ITB Rene Coenrad. Keuletan menuntaskan kasus besar itu mengakibatkan Hoegeng diberhentikan oleh Presiden Soeharto walaupun masa jabatannya sebetulnya belum berakhir.

Sebelumnya Hoegeng juga merintis pemakaian helm bagi pengendara kendaraan bermotor yang ketika itu menjadi polemik. Kini terasa bahwa instruksi itu memang bermanfaat. Hoegeng ditawari jabatan duta besar di sebuah negara Eropa, tetapi dia menolak. Alumnus PTIK tahun 1952 ini lebih senang jadi orang bebas, dia tampil dengan grup musik Hawaiian Senior di TVRI, satu-satunya saluran televisi masa itu.

Jendral Hoegeng

Namun musik barat dengan kalungan bunga itu dianggap kurang sesuai dengan “kepribadian nasional” oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo sehingga dia tidak boleh tampil lagi. Kemudian Hoegeng bergabung dengan rekan-rekannya yang kritis dalam Petisi 50. Dia tetap sederhana. Ketika rapat kelompok ini di rumah Ali Sadikin, tidak jarang Hoegeng naik bajaj.

Apa yang mendorong Hogeng menjadi tokoh yang bersih dan antikorupsi? Barangkali pendiriannya yang ditanamkan oleh ayahnya bahwa “yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan; jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan”.

Ayahnya seorang birokrat yang sampai akhir hayatnya tidak sempat punya tanah dan rumah pribadi. Melihat kondisi sekarang, relevan untuk merenungkan pendapat Hoegeng: “Pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk membersihkan diri selalu dimulai dari kepala.”

Terhadap para pemimpin yang kini saling berebut kekuasaan, tepat ujaran Hoegeng, “It’s nice to be important, but it’s more important to be nice.” Ucapan yang sama sering pula dilontarkan kemudian oleh penyiar Ebet Kadarusman. Hoegeng sendiri punya pengalaman unik dengan Presiden Soekarno.

Suatu kali dia bersama lulusan PTIK tahun 1952 dipanggil ke Istana. Ketika ditanya namanya, Soekarno berkomentar, “Apa tidak salah itu, kan seharusnya Sugeng. Mbok diganti Soekarno.” Kontan saat itu Hoegeng menjawab, “Nggak bisa Pak, karena Hoegeng itu dari orangtua saya, kebetulan nama pembantu di rumah saya juga Soekarno."

“Kurang ajar kamu,” kata Presiden Soekarno sambil tertawa lepas. Sikap terbuka dan tidak takut kepada atasan bila benar itulah yang dipegang oleh Hogeng selama bertugas. Namun itulah yang mengakibatkan dia dicopot dari jabatan kepala kepolisian tahun 1971 oleh Presiden Soeharto. Kasus tertembaknya mahasiswa ITB Rene Conrad tidak sepenuhnya memuaskan hatinya.
Kasus Sum Kuning di Yogya yang melibatkan putra seorang pejabat/bangsawan Yogya serta seorang putra pahlawan revolusi diputuskan secara berliku-liku. Demikian pula dengan kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahyadi.

Hoegeng ingin bertindak profesional, tetapi hal ini tampaknya tidak menyenangkan hati atasannya. Memang kalau kita ingin hukum tegak di negeri ini, contoh itu harus dimulai dari presiden. Hoegeng seorang pekerja keras. Dia adalah profesional sejati.

Dari orangtuanya dia mewarisi nilai-nilai kebajikan yang tidak mengagungkan harta atau kepemilikan. Kejujuran dan kepedulian sosial itulah yang lebih utama. Namun Hoegeng bukan hanya seorang yang bersih untuk dirinya sendiri.

Dia juga membersihkan lingkungannya. Istrinya tidak diberi kesempatan untuk melakukan KKN. Anak-anaknya dilarang memanfaatkan fasilitas jabatan sang ayah. Di tempat bertugas, dia membersihkan anak buahnya. Yang tidak jujur dikeluarkan atau dikontrol sedemikian rupa sehingga tidak tahan untuk keluar.
Di antara rekan-rekan seprofesi dalam bidang penegakan hukum Hoegeng mengupayakan forum untuk mengatasi berbagai kejahatan, termasuk korupsi. Di Medan dia berhasil memberantas korupsi dan penyelundupan berkat kerja sama dengan instansi lain, termasuk militer.Delapan tahun silam, 14 Juli 2004 dini hari, Hoegeng Iman Santoso telah pergi. Makin habis orang-orang jujur di negeri ini.


Semoga sekilas kisah tentang Jenderal Hoegeng ini dapat menginspirasi kita untuk melakukan yang lebih baik untuk memajukan bangsa!! Indonesia Merdeka!!!

Mandi di Malam Hari Menyebabkan Rematik, Benarkah?

Kita sering mendengar pendapat bahayanya mandi malam-malam karena bisa menyebabkan rematik. Benarkah demikian?

Sebenarnya dalam dunia medis tidak mengenal kata "rematik" sama halnya dengan "masuk angin". Jadi, segala penyakit yang berhubungan dengan persendian seperti asam urat, osteoartritis, atau reumatoid artritis dianggap sebagai rematik oleh masyarakat Indonesia. Mengapa? Karena gejalanya nyaris sama.

Rematik

Misalnya asam urat. Penyakit ini disebabkan oleh kadar asam urat dalam darah berlebihan sehingga membentuk kristal dan mengendap pada persendian. Asam urat inilah yang menyebabkan rasa nyeri hebat pada ujung kaki atau lutut.

Sementara osteoartritis disebabkan oleh kerusakan rawan sendi akibat penuaan atau obesitas dan berkurangnya cairan pelumas sendi.

Sedangkan reumatoid artritis merupakan penyakit keturunan akibat adanya gen yang menyebabkan sistem imun (pertahanan tubuh) seseorang menyerang persendiannya. Serangan dari sistem imun ini kemudian menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sendi-sendi tertentu.

Nah, penderita tiga penyakit di atas seringkali kambuh ketika suhu dingin. Maka, bila mandi malam hari apalagi pada suhu dingin dengan mudah nyerinya akan kambuh. Sesungguhnya bukan hanya akibat mandi saja, namun juga suhu udara yang dingin memperparah kondisi penderita.


Kesimpulannya, mandi pada malam hari menyebabkan rematik kalau memang mengidap penyakit tersebut.  Lain halnya bagi orang yang sehat,  tentu saja tidak masalah mandi malam-malam.

Tuesday

Kenalan yuk dengan Pencipta Android

Menyebut android, rasanya nama ini sudah demikian populer di seluruh dunia. Namun pernahkah Anda bertanya mengapa lambangnya robot dan siapa sih penciptanya?
Andy Rubin

Andy Rubin, pria kelahiran New Bedford 22 Juni 1946. Inilah sosok dibalik sistem operasi yang sangat sukses menghiasi ponsel-ponsel pintar generasi akhir. Rubin adalah enterpreneur yang pantang menyerah. Jauh sebelum bergabung dengan Google ia beberapa kali membangun perusahaan dan hancur. Kemudian membuat perusahaan baru lagi dengan ide-ide baru, lalu bangkrut lagi.

Rubin pernah bekerja di perusahaan Apple di bagian manufaktur. Ia bekerja di bawah kepemimpinan CEO John Sculley pada 1989, sebelum Steve Jobs mengambil alih kepemimpinan. Namun kariernya di Apple tidaklah mulus ketika Andy dipindahkan ke bagian riset dan bekerja di anak perusahaan Apple, General Magic. 

Anak perusahaan Apple itu berfokus pada pembuatan piranti lunak dan menghasilkan Magic Cap. Namun sayang Magic Cap sepi peminat dan General Magic akhirnya gulung tikar.

Mantan karyawan dan veteran Apple kemudian sepakat membangun perusahaan baru bernama Artemis Research pada 1995. Perusahaan yang berfokus pada pengembangan tayangan televisi yang digabung dengan internet, dan berganti nama menjadi MSN TV. Perusahaan itu diakuisisi oleh Microsoft, dan akhirnya Andy keluar dari perusahaan pada 1999, menyewa sebuah ruko di Palo Alto, California, dan memuaskan dahaganya untuk menciptakan berbagai macam robot.

Oh ya, saat Rubin lulus kuliah ia bekerja di bagian robotika pada perusahaan Carl Zeiss A.G. Dari sinilah minatnya pada dunia robot semakin menjadi-jadi. Karena ini pula yang jadi alasan android ciptaannya memakai lambang robot.

Ok, kembali ke tahun 1999 saat Rubin menyewa ruko dan menciptakan robot, ia juga akhirnya membuka perusahaan lagi. Kali ini idenya mengembangkan sebuah perangkat laiknya ponsel yang memiliki kelebihan untuk mengakses data pada perusahaan bernama Danger Inc. Seperti PDA, namun Andy mengatakan perangkatnya bukanlah PDA, tapi lebih dari itu. Ia menyebutnya Sidekick. Hingga akhirnya perusahaan kembali dibeli Microsoft dan Andy lagi-lagi keluar di tahun 2003.


Setahun sebelum keluar dari perusahaan yang diakuisisi Microsoft tersebut, Rubin sempat memberikan kuliah tamu pada suatu universitas tentang keunggulan Sidekick di tahun 2002. Pada saat itu pula pendiri Google, Lary Page dan Sergei Brin, mengikuti kuliah tersebut. Petinggi Google menghampiri Andy seusai acara dan amat tertarik dengan idenya. Dan lagi-lagi Andy membangun perusahaan baru bernama Android Inc pada 2003 dengan mengembangkan program Sidekick. Hingga pada 2005 Android dibeli oleh raksasa Google. Dan mulai saat itulah Android menjadi sistem operasi ponsel-ponsel di seluruh dunia.

Kos-kosan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Indonesia dibangun di atas pondasi keberagaman, bukan mayoritas agama atau suku tertentu. Semangat ini tercermin dalam kisah Sumpah Pemuda. Para tokoh muda itu datang dari berbagai latar belakang yang berembuk bersama di ruang kos-kosan. Dan ternyata bapak kosnya orang Tionghoa.

Kalau Anda berkesempatan mengunjungi Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat, di sini deklarasi Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 terjadi. Tapi tahukah kalau tempat ini dulunya kos-kosan.
Para pemuda di depan rumah Kramat 106
Para pemuda di depan rumah Kramat 106 
Dalam Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java sejak 1925. Tokoh-tokoh kebangsaan seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil, atau Assaat dt Moeda, pernah tinggal di sana.
Siapa pemilik rumah ini? Yakni Sie Kok Liong. Dialah "bapak kos" sejumlah pemuda yang mencatat namanya dalam sejarah dengan mendeklarasikan Sumpah Pemuda. Kala itu, rumah kos di kawasan Salemba dan sekitarnya bermunculan lantaran asrama tidak bisa menampung mahasiswa dan pelajar dari luar kota.

Sie Kok Ling
Sie Kok Ling

kos-kosan Kramat 106
kos-kosan Kramat 106
Aktivis-aktivis kebangsaan lalu memilih rumah di Kramat 106 sebagai tempat pemondokan karena rumah kontrak sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. 
Sebenarnya peran Sie Kok Liong sangat besar. Menerima kehadiran pergerakan kebangsaan berarti risikonya ditangkap atau mati. Pihak penjajah kolonial bisa menyeretnya terkena kasus pemberontakan.
"Perlu keberanian luar biasa untuk menyediakan tempat buat kelompok pergerakan pada masa itu," kata Ketua Umum Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia, Eddie Kusuma, seperti dikutip dari Tempo.
Demikianlah, para pemuda ini menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara 40 liter beras waktu itu. Mereka memiliki pekerja yang mengurus rumah, yang dikenal dengan nama Bang Salim. 
"Tamu yang menginap tidak dikenai bayaran, tapi harus mengusahakan makanannya sendiri," kata Dr Raden Soeharto, kostjongen dan peserta Sumpah Pemuda dalam buku Bunga Rampai, 50 Tahun Soempah Pemoeda. 
[Catatan: kostjongen adalah istilah di jaman kolonial untuk anak kos laki-laki. Sedangkan kostmeisjes untuk anak kos perempuan. Dan pemilik kos biasa disebut kosthuis.]

Sumpah Pemuda
Penghuni Kramat 106 juga sering berdiskusi soal konsep persatuan nasional. Gedung ini pun menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September 1926, usai kongres pemuda pertama. Penghuni kontrakan, dengan payung PPPI, sering mengundang tokoh, seperti Bung Karno, untuk berdiskusi. Tema perbincangan misalnya mencari bentuk negara ideal bagi Indonesia.
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI. Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal H.J. de Graff sedang menjalankan politik tangan besi.

Indonesia Raya berkumandang saat 28 Oktober 1928

Pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia mendeklarasikan Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II di bangunan yang terletak di Jalan Kramat Raya Nomor 106 ini.
Kegiatan pemuda dialihkan ke Jalan Kramat 156 setelah para penghuni Kramat 106 tidak melanjutkan sewanya pada 1934.

Monday

Pria Asal Jambi Ini Pergi Haji Menggunakan Sepeda

Marwan Lumpo Abubakar
JAMBI -- Biasanya orang menunaikan ibadah haji dengan pesawat udara. Tapi, tidak dengan Marwan Lumpo Abubakar. Pria kelahiran Sumatera Barat 1 Maret 1947 itu pergi berpetualang meninggalkan istri dan ketiga anaknya menuju Arab Saudi untuk menunaikan ibdah haji. Perjalanan yang sangat jauh akan ditempuhnya dengan sepeda ontel.

Berbekal uang satu juta rupiah, peralatan sepeda lengkap dengan ban serep, alat untuk memperbaiki sepeda, alat tambal ban, paspor, kartu identitas diri, dan kartu ATM, pria 66 tahun ini memulai petualangannya Senin (4/3/2013) dari rumahnya di RT 12 Kelurahan Simpang III, Sipin, Kota Jambi, seorang diri.

Sepeda ontel telah dipersiapkannya sejak dua tahun lalu. "Saya perkirakan enam bulan lagi ibadah haji dimulai, makanya saya mulai perjalanannya sekarang," ujarnya, saat ditemui di kawasan Bukit Baling tepatnya di depan Markas Polresta Muaro Jambi, Minggu kemarin.

Dengan bertopikan caping di tengah terik sengatan matahari, Marwan menuturkan, petualang yang ia lakoni mungkin menurut orang lain aneh. Namun apa yang ia lakukan sudah menjadi tekad bulatnya sejak 1985 lalu.

Niatan itu baru terlaksana sekarang, karena pada 1985 anak-anaknya masih kecil. Ketika ketiga anaknya sudah berkeluarga, sekaranglah waktu yang tepat menurutnya.

"Usia saya sekarang sudah menginjak kepala enam. Kalau saya pergi haji, maka saya kemungkinan bisa berangkat sekitar 2028. Dengan umur saya yang sekarang rasanya saya tidak bisa berangkat. Biarlah saya mengalah, asalkan niat saya tercapai," urainya sambil menyeka peluh.

Marwan merasa pasrah, seandainya dalam perjalanan nanti terjadi sesuatu yang di luar kendalinya.

"Saya tetap pergi meskipun ajal menjemput. Saya berharap kepada anak saya, seandainya saya tiada agar mereka tetap sabar dan tawakkal," katanya.

Marwan mengatakan, ia turut bersedih terlalu banyak musibah yang melanda negeri ini.

"Ini sebenarnya tidak ada hubungannya dengan petualangan saya ke tanah suci. Jika saya ditakdirkan Allah sampai ke sana. Niatan saya sangat tulus akan mendoakan para pemimpin bangsa ini. Semoga pemimpin kita ke depannya mereka benar-benar mengayomi rakyat kecil," katanya.

Marwan mengatakan sebagai orang kecil, dirinya ikut merasakan apa yang dialami oleh rakyat kecil.

"Semua yang saya lakukan ini diniatkan dengan tulus. Rakyat kecil dimana-mana sengsara. Ke depannya agar mereka benar-benar mengayomi rakyat kecil," ujarnya.

Novrianto putra bungsunya mengatakan, kalau hanya untuk menunaikan ibadah haji, sebenarnya anak-anaknya sanggup memberangkatkan.
"Ya, tapi itulah Bapak, ia orangnya nggak bisa dilarang. Kami juga nggak maksa menyarankan agar ia jangan pergi," katanya, Minggu.

Marwan adalah satu di antara petualang di negeri ini yang melakoni petualangan jarak jauhnya dengan menggunakan sepeda ontel.

Menurut Darwita istrinya, sudah lama suaminya memimpikan berpetualang ke tanah suci. Hal ini dibuktikan suaminya dengan rutin menabung.

"Dikumpulkannya uang receh-receh. Seratus dua ratus rutin ia lakukan. Ada sekitar satu baskom besar hasil tabungannya. Uang dari hasil warung kecil-kecilannya. Menggarap kebun orang, ditanaminya jagung, terus dijualnya. Saya juga tidak menyangka sebelumnya. Cuma cucu saya yang tahu kalau ia mengumpulkan uang receh-receh itu," katanya

Darwita juga mengaku tidak menyangka hasil tabungan suaminya mencapai tujuh juta. Itupun diketahui saat ditukarkan ke bank.

"Anak-anak semua sudah menyarankan, janganlah pergi. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Ya, mungkin itu bakat keturunan dari ayahnya. Dulu ayahnya pernah dari Padang ke Jambi jalan kaki," kata Darwita.

Dikatakan Darwita (51), suaminya di Padang ketika masih sekolah, melakoni perjalanannya menggunakan sepeda.

"Ketika pulang kampung untuk mengambil lauk dan bekal. Perjalanan dari Muaro Labu ke Padang Kota, kalau sekarang hampir tiga jam pakai mobil. Hal itu ia lakoni dengan menggunakan sepeda. Ya, pada dasarnya kami sekeluarga merasakan sedih dengan kepergiannya, hanya berharap semoga suami saya selamat sampai tujuan dan tercapai cita-citanya," katanya


Sebenarnya, lanjut Darwita, suaminya orang aktif. "Selain menjadi ketua kompangan di RT sini, setiap malam muda-mudi dikumpulkan di rumah. Mereka dilatih kompangan dan rebana, karena sering dapat carteran," katanya.

Sumpah Pemuda, Terungkapnya Sejarah Orang Papua

Peta-Serui

Serui - Selama ini publik seakan gelap tentang sejarah Papua. Salah satunya ada cerita tentang tidak turut sertanya anak papua dalam acara sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Namun, cerita tersebut akan segera terbantahkan setelah mendengar nama Aitai Karubaba dan Poreu Ohee. 

Aitai Karubaba dan Poreu Ohee adalah dua pemuda Papua yang pada 28 Oktober 1928 diyakini menghadiri pengikraran Sumpah Pemuda di Gedung Indonesische Clubgebouwdi Jalan Kramat Raya 106, Jakarta.

Selain itu, Poreu Ohee juga dikabarkan turut hadir dalam pengikraran sumpah Pemuda. Hal tersebut dikatakan oleh anaknya, Ramses Ohee. Ramses Ohee juga mengatakan bahwa fakta sejarah tersebut menunjukkan keinginan rakyat Papua bergabung dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

Berita mengenai adanya wakil Papua ini ditindaklanjuti oleh pihak TNI. Setelah mendapatkan informasi dan perintah dari pimpinan TNI, Dandim 1709 Yapen Waropen Lotkol. Inf. Dedy Iswanto melakukan penelusuran melalui keluarga dan kerabat untuk mencari kebenaran cerita serta mengunjungi makam Aite Karubaba yang berada di kampung Rondepi pulau Urfarari Distrik Kepulauan Ambai.

“Terkait pernyataan seputar tidak adanya keterwakilan pemuda asal Papua dalam Ikrar Sumpah Pemuda, ternyata salah, sebab ternyata ada tokoh pemuda Papua yang terlibat langsung dalam ikrar sumpah pemuda di Batavia (Jakarta ) 28 Oktober 1928 silam,” ujar Dandim.

Dikatakan Dandim, terungkapnya perwakilan salah satu Tokoh Pemuda asal Papua dapat menghapus keraguan dari masyarakat Papua pada umumnya, karena pada kenyataannya almarhum merupakan perwakilan pemuda Papua pada ikrar Sumpah Pemuda.

Sebagai wujud pengakuan dan juga penghargaan atas jasanya, Dandim mengatakan makam Aitai Karubaba akan dipugar, dirawat dan dibangun tugu untuk mengabadikan nama Aitai Karubaba sebagai pelaku sejarah Sumpah Pemuda.

Sementara itu anak dan saudara Yan Karubaba dan Pdt.Levinus Karubaba, mengatakan hal ini telah menjadi pergumulan panjang bagi keluarga, kapan Pemerintah akan mengakui Aitai Karubaba sebagai pelaku sejarah Sumpah Pemuda yang merupakan utusan pemuda dari Papua.

“Merupakan suatu sukacita dirasakan oleh anak dan keluarga dari Almarhum Aitai Karubaba karena pergumulan panjang keluarga telah terjawab dengan kehadiran Dandim 1709 Yawa diatas pusara Almarhum dan kemudian akan dibuat tugu sebagai tanda penghargaan dari Negara atas segala jasa perjuangan yang dilakukan oleh Aitai Karubaba, keluarga juga sangat mengharapkan dari Pemerintah agar kedepan bisa mengakui pejuang-pejuang asal Papua yang telah mempertaruhkan segalanya untuk Negara ini dan pengakuan akan pengorbanan Almarhum. Aitai Karubaba merupakan suatu hal yang sangat membahagiakan,” ujarnya.

Meskipun begitu, kisah ini masih menimbulkan kontroversi. Beberapa pihak menyatakan tidak ada wakil Papua dalam peristiwa Sumpah Pemuda seperti yang tercantum dalam nama-nama pemuda yang menghadiri Sumpah Pemuda pada situshttp://sumpahpemuda.org/ . Entah benar atau tidak cerita ini yang pasti Pemuda Papua adalah Pemuda Indonesia, yang memiliki kesempatan sama dengan pemuda daerah lainnya dalam menikmati kehidupan, mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama, berkreasi, berprestasi, membangun, dan mengharumkan nama Indonesia. 


Selamat memperingati hari Sumpah Pemuda.

Sunday

Saudara-saudaraku di Timor Leste

Anak-anak

Timor Leste menyatakan diri independen pada 28 November 1975 setelah 455 tahun dijajah Portugal. Sembilan hari kemudian, Tentara Nasional Indonesia (TNI) memasuki wilayah Timor Leste. Pada Juli 1976 daerah ini dinyatakan sebagai bagian dari Indonesia dengan nama Propinsi Timor Timur. Timor bagian barat telah menjadi bagian Indonesia sejak zaman Belanda dan ketika Portugis meninggalkan Timor Leste, pemerintah Indonesia menentang kemerdekaan Timor Leste. "Konflik" yang berlangsung selama 24 tahun terakhir resmi 20 Desember 2002 saat Timor Leste dinyatakan resmi merdeka sebagai negara sendiri. 

Meskipun terjadi kekacauan yang panjang di Timor Leste, menurut saya yang membuat Timor Leste spesial adalah orang-orangnya. Mereka adalah orang-orang luar biasa dan sangat ramah, sepertinya tidak ada kebencian terhadap Portugal ataupun Indonesia. Saya jadi kepo dan doyan ngobrol dengan mereka karena pengen tahu apa yang mereka rasakan tentang negara mereka sendiri setelah merdeka.
Obrolan pertama saya dengan orang Timor Leste adalah dengan Shalih, cowok berusia 24 tahun yang bekerja di salah satu maskapai penerbangan nasional. Tidak seperti orang Timor pada umumnya, dia fasih berbicara Bahasa Indonesia dengan logat Jakarta yang kental. Ketika dia berusia satu tahun, ayahnya adalah seorang Fretilin yang bergerilya di hutan. Karena takut keselamatan Shalih terancam, ayahnya menaruh Shalih di dalam kotak karton di tepi sungai disertai surat dan berharap ada yang memungut anaknya. Kemudian, Shalih ditemukan oleh seorang TNI yang membawanya ke Jakarta dan mengadopsinya. Ketika Timor Leste memperoleh kemerdekaannya, ayah kandungnya kembali dari tempat persembunyiannya ke Dili. Dengan bantuan dari ICRC (Palang Merah Internasional), ayah kandungnya berhasil menemui Shalih di Jakarta pada 2002. Setelah lulus dari universitas, Shalih kembali ke Dili untuk bersatu kembali dengan keluarga kandungnya dan namanya diubah dari Shalih Rahman menjadi Benvindo Aze Descartes. “Sekarang saya punya dua keluarga. Kalau di Timor saya tinggal dengan keluarga kandung saya. Kalau di Jakarta saya tinggal dengan keluarga angkat saya. Kedua keluarga menjadi sahabat satu sama lain sampai sekarang,” kata Shalih. Wah, kisahnya cocok jadi sinetron banget.

Saya baru sadar bahwa pembentukan negara baru dengan perubahan bahasa juga mempengaruhi masyarakatnya. Ketika Shalih kembali ke Timor Leste, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan Indonesia karena tidak bisa berbahasa Portugis maupun Tetun (bahasa Timor). Tantangan bahasa tersebut juga dialami oleh Tanju, cowok 22 tahun asal Maliana yang putus sekolah saat kelas 6 SD. Dia kurang setuju Timor Leste merdeka karena alasan yang sangat sederhana. “Sangat sulit untuk berbicara bahasa Portugis dab Tetun karena saya sendiri berbicara bahasa Buna (salah satu bahasa daerah Timor). Belajar bahasa Indonesia sangat mudah dibandingkan Portugis. Selama hidup saya sudah mendengarkan lagu-lagu Indonesia. Mungkin kalau ada lagu-lagu Portugis, saya bisa belajar lebih cepat”.

Sebaliknya Abilio, cowok 23 tahun asal Ermera yang lulusan SMP, sangat pro Indonesia sesederhana karena, “ Produk Indonesia jauh lebih baik daripada negara lain. Celana jin dan sepatu saya buatan Indonesia, kualitasnya sangat bagus”. Berdasarkan kecintaannya terhadap produk Indonesia, ia selalu memutuskan bekerja dengan orang Indonesia dan bahkan ingin menikahi gadis Indonesia. “ Saya tidak mendukung kemerdekaan karena orang-orang byang menginginkan kemerdekaan hanyalah para politikus. Kami orang biasa sebenarnya tidak peduli siapa yang mengatur negara selama kami bisa makan. Tapi buktinya, setelah merdeka kami semakin miskin karena tidak mampu dengan diberlakukannya dolar Amerika Serikat. Semuanya menjadi sangat mahal, terutama ketika PBB datang” jelas Abilio.

Seberapa buruk ekonomi di Timor Leste setelah kemerdekaan? Saya ngobrol dengan Felix, pria berusia 45 tahun Maubara yang mata pencahariannya beternak. “Ini babi dulu dijual Rp.5000,00 (50 sen US$), tapi sekarang harganya US$ 50. Tapi, dengn US$ 50 tidak cukup untuk membiayai seluruh keluarga, semua habis sebelum satu bulan. Beras, makanan, dan listrik sangat mahal sekarang. Saya tidak tahu mengapa saya merasa kaya sebelum dolar diterapkan,” katanya sedih. Duh, saya benar-benar tidak yahu harus berkata apa lagi, saya bahkan tidak bisa membeli babinya.

Sebaliknya, saya ngobrol dengan Abdul, pria berusia 52 tahun, seorang pria Indonesia asal Jakarta yang bekerja sebagai koki di sebuah restoran di Dili. Karena masalah pribadi, ia melarikan diri ke Timor Leste pada 2005. Dengan 20 tahun pengalamannya bekerja di hotel dan kapal pesiar, ia memutuskan untuk mencari kesempatan di Timor Leste karena merupakan negara baru dan tidak jauh dari Indonesia. “Saya dapat uang dalam Dolar Amerika sehingga dapat nabung lebih banyak untuk membelanjakannya di Indonesia. Di sini gampang dapat uang. Para staf PBB doyan makan siang di sini, meskipun di sini sitemnya US$ 1 per piring, pada akhirnya mereka membayar US$ 10 per orang karena saya membuat hidangan dalam porsi kecil dan tidak termasuk minuman,” jelasa Abdul cekikian. Dia berencana membuka sebuah ballroom untuk pesta atau pernikahan karena banyaknya permintaan. Dia juga berencana melepaskan kewarganegaraan Indonesia. “Kalau saya memiliki Paspor Timor Leste, saya bisa dengan mudah bekerja dan bisa jalan-jalan keliling Eropa,” tambahnya.
Ah, saya bersyukur telah memiliki kenangan baru terhadap Timor Leste. Sebelumnya, saya hanya mendengar desas-desus, menonton berita, dan melihat gambar. Tapi sejak saat itu saya bisa tersenyum. Saya percaya bahwa apapun yang saya alami dalam beberapa hari hanyalah awal dari sebuah bangsa yang besar.


Sumber: Tulisan Trinity dalam The Naked Traveler 3.

Saturday

Internet Bawah Laut Terwujud, Bisa Pantau Tsunami dan Gembong Narkoba

Internet dibawah laut
New York - Mengakses internet di bawah laut tampaknya bakal segera jadi kenyataan. Pasalnya, para peneliti dari Universitas Buffalo, New York, AS, dikabarkan tengah mengujicoba sebuah sistem untuk menyediakan koneksi internet di bawah air.

Melalui proyek arsitektur jaringan bawah laut, para peneliti menemukan kemungkinan tersedianya jaringan nirkabel berupa WiFi di bawah laut kelak. Namun, jangan bayangkan Anda bisa mengunggah foto ke Instagram atau berkicau melalui Twitter dari bawah laut.

Karena jaringan WiFi di bawah air ini nanti akan digunakan untuk memantau kehidupan di laut, mendeteksi tsunami dan gempa bumi lebih awal, dan bahkan membantu polisi dalam melacak pengedar narkoba.

Salah satu ilmuwan yang bekerja untuk proyek ini, Tommaso Melodina menyatakan, teknologi WiFi sementara hanya digunakan untuk memonitor aktivitas samudera, mendeteksi tsunami, gempa bumi, bahkan membantu penegak hukum mencegah perdagangan obat terlarang melalui jalur laut.

"Jaringan nirkabel yang direndam di bawah laut mampu memberikan kami informasi atau hal yang belum pernah terjadi sebelumnya secara real time," ujar Melodina seperti dilansir DigitalTrends.

Informasi seperti peringatan tsunami atau bencana lainnya, menurut Melodina, dapat langsung terkirim ke smartphone atau komputer. “Tentu hal ini bisa membantu menyelamatkan nyawa," tandasnya.

Tantangan yang dihadapi ilmuwan dalam memasang WiFi bawah laut adalah bagaimana mentransfer data melalui jaringan. Sistem yang berbasis di darat, seperti router WiFi menggunakan gelombang radio untuk mengkomunikasikan informasi.

Untungnya, gelombang berbasis suara, bekerja dengan baik di bawah laut. Cara ini umum digunakan oleh kapal selam yang mengandalkan kekuatan sonar untuk navigasi.

Melodina beserta tim sebelumnya melakukan uji coba di salah satu danau terbesar di Amerika Utara, yakni Danau Erie, yang membentang dari Ontario, Kanada, hingga Michigan, AS.

Di sana, mereka menjatuhkan dua sensor seberat 18 kg ke dalam air yang terhubung ke pelampung yang memancar ke permukaan, yang kemudian mengubah sinyal radio WiFi menjadi gelombang suara.

Beberapa detik kemudian mereka mendeteksi umpan balik dari sensor tersebut. Hal itu membuktikan bahwa solusi jaringan bawah air dapat berjalan dengan baik.

Meski demikian, teknologi ini masih perlu pengembangan lebih lanjut agar dapat terhubung ke smartphone, tablet, komputer, dan perangkat lainnya secara real-time.

Menurut Melodina, tantangan untuk mewujudkan WiFi di bawah laut adalah saat gelombang radio yang ada di bawah air menjadi kosong. Untuk mengatasinya, para peneliti mencoba menerapkan prinsip sonar pada sistem navigasi kapal selam.

Jadi, tak ada salahnya jika kini Anda mulai mempersiapkan diri untuk memiliki perangkat komunikasi multimedia yang tahan air.



Friday

Ponsel-ponsel Jadul yang Terkenal di Masa Lalu

Ponsel sudah mulai populer di Indonesia sejak akhir tahun 90an. Jauh sebelum era iPhone, BlackBerry, dan Android, sudah ada banyak ponsel-ponsel yang bermunculan dan menguasai pasar telepon genggam pada masa itu.

Nah, siapa tahu kamu lupa atau bahkan mungkin baru lahir pada masa itu, kami akan mengajak kamu untuk bernostalgia, mengingat-ingat kembali 5 ponsel yang pernah sangat populer pada masanya!

1. Nokia 5110

1. Nokia 5110


Dan inilah handphone sejuta umat yang pertama. Nokia 5110 adalah salah satu HP pertama yang covernya bisa diganti-ganti, jadi semua orang yang punya HP ini bisa punya cover yang unik. Tapi fitur ganti-ganti cover ini sebenernya biasa aja. Yang paling spesial sebenernya dari Nokia 5110 ini adalah karena Nokia 5110 punya game Snake! Inilah mobile game yang populer jaman dulu, jauh sebelum eranya Angry Birds. Sekarang keliatannya memang menyedihkan, tapi jaman dulu, tingginya score Snake ini bisa berpengaruh ke status sosial kamu lho.

2. Motorola RAZR

2. Motorola RAZR

Dulu Nokia memang HP yang paling populer. Tapi secara design, Nokia gak selalu yang paling sexy. Nah, di sinilah Motorola RAZR masuk. Dibanding Nokia, fitur RAZR emang gak sebagus HP-HP Nokia. Tapi dari segi bentuk, RAZR ini emang keren. Tipis dan kesannya elegan gitu. Orang-orang yang merasa Nokia terlalu pasaran, biasanya larinya ke Motorola RAZR ini. Padahal sebenernya sih HP yang satu ini juga lumayan pasaran pada masanya.

3. Ericsson T10

3. Ericsson T10

Sebelum mereka merger sama Sony, Ericsson itu bikin HP sendiri. Salah satu HP mereka yang paling populer adalah T10, sebuah HP flip yang warna-warni. Tapi beda sama Nokia 3210, cover mereka gak bisa diganti-ganti. Jadi kalo kamu mau koleksi semua warna, kamu harus beli semua HP-nya.

4. Nokia 3210

4. Nokia 3210


Tipis dan bisa diganti-ganti covernya, Nokia 3210 adalah salah satu handphone paling populer di masanya. Katanya ini juga merupakan salah satu handphone paling laku sepanjang masa lho. Nokia 3210 juga merupakan handphone pertama yang antenanya ada di dalem.

5. Nokia 8210

5. Nokia 8210



Pada masanya, Nokia 8210 adalah handphone yang paling kecil dan paling enteng. Saking kecilnya, HP ini susah banget dipake buat SMS, apalagi sama orang-orang yang jempolnya gede. Dulu HP yang satu harganya mahal dan kayaknya cuma temen-temen kamu yang lumayan tajir yang punya HP ini.
 
Top