Thursday

Wang, Seekor Beruang Kutub Meninggal Karena Patah Hati



Seekor beruang kutub di Kebun Binatang Johannesburg, Afrika Selatan meninggal karena alasan yang sungguh luar biasa: patah hati. Hewan tersebut tutup usia karena ditinggal oleh pasangannya.

Wang, nama beruang itu, dipercaya sebagai beruang kutub satu-satunya yang tersisa di Afrika, meninggal 6 bulan kemudian setelah pasangannya, GeeBee terkena serangan jantung dan meninggal.

Pihak kebun binatang menyatakan kematian Wang dipastikan karena penyakit hati dan jantung yang ia derita.

Petugas kebun binatang berkata, sebelum GeeBee meninggal, Wang masih terlihat sehat. Namun ketika GeeBee meninggal, Wang terlihat seperti tidak punya semangat. Si beruang terlihat lesu, menolak makanan, dan tidak suka berenang. Mungkin hal itulah yang membuat Wang jatuh sakit hingga akhirnya pergi menyusul GeeBee.
wang
Wang datang ke Johannesburg, Afrika, pada tahun 1986 dalam rangka salah satu program pertukaran hewan dengan kebun binatang Jepang.
wang
Wang (kiri) dan GeeBee telah menghabiskan waktu mereka bersama-sama sejak masih kecil.
Wang kemudian dipasangkan oleh GeeBee di dalam satu kandang. Sayangnya mereka tidak dapat berkembang biak karena beruang kutub hanya berkembang biak di cuaca dingin.

Tentu saja ini masalah cuaca Afrika Selatan yang tidak cocok dengan beruang kutub. 

Sunday

kisah nyata tukang bubur naik haji : demi naik haji, nenek penjual bubur keliling ini nabung 24 tahun



tukang bubur naik haji
Cerita film fiksi yang berjudul "Tukang Bubur Naik Haji" bukan hanya dalam sinetron saja. Namun dalam kehidupan nyata, kisah serupa benar-benar terjadi. Sariyah, dia lah orangnya. Perempuan asal warga Desa Karanglewas Kidul, Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas ini, pada tahun 2014 akan menunaikan Haji dari hasil berjualan bubur candil keliling.

Dengan niat dan keinginan yang kuat, Sariyah memulai mimpinya sejak puluhan tahun lalu dengan setia menjual bubur candil keliling menaiki sepeda onthel tua kesayanganya. Nenek 52 tahun ini biasanya berkeliling dan menjajakan bubur candil sampai ke desa tetangga di daerah Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah.

Selam lebih dari dua dekade, saban hari Sariyah berjualan setiap menjelang sore sekitar pukul 13.00 - 17.00. Selama itu, penghasilan didapatkan tidak menentu. Kadang laris manis, kadang juga sangat sepi pembeli.

"Setiap hari, dari hasil keliling jualan bubur cendol sama sepeda biasanya saya dapat Rp Rp 20 ribu sampai 30.000. Ya kadang-kadang malah kurang dari itu," kata Sariyah.

Dia menceritakan, selama 24 tahun dia menekuni untuk berjualan bubur candil keliling Desa. Sebelum menggunakan sepeda onthel untuk berjualan, dia hanya menggendong barang daganganya berupa bubur cendol itu.

"Dulu waktu jualan menggunakan gendong, setiap hari penghasilan saya antara Rp 5 ribu sampai Rp 7 ribu. Alhamdulilah sekarang sudah lumayan,"jelas Perempuan satu anak ini.

Sudah lebih dari sepuluh tahun, Sariyah harus hidup sendiri, lantaran suaminya sudah meninggal dunia. Dalam kehidupan kesendirianya itu, dia hanya mengandalkan pendapatanya sebagai penjual bubur candil keliling.

Selain itu, dia juga terus berusaha memperjuangkan dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan satu orang putranya. "Alhamdulillah dari hasil usaha sebagai penjual bubur candil keliling saya bisa menyekolahkan putra saya dan Insyallah tahun ini saya segera berangkat haji dengan uang hasil usaha sendiri,"ungkapnya.
Kini, putra Sariyah satu-satunya bernama Ilham Setiawan sudah bekerja dan memiliki keluarga yang tinggal di Jakarta. Sariyah akan menjadi salah satu calon jemaah haji yang bertolak ke Tanah Suci. Dia berangkat dengan kelompok penerbangan kloter 47.

Bukan karena mendapat durian runtuh, Sariyah dapat berangkat ke Mekkah. Dia sudah memulai tekad bisa berhaji sejak 1990. Selama 24 tahun ini, dia tekun menabung.

"Saya kalau nabung tidak setiap hari, kadang dua atau tiga hari sekali, bahkan jika memang tidak ada sisa uangnya, saya baru satu minggu menabung. Itu pun sekali menabung saya hanya Rp 20 ribu," ungkapnya.

Perempuan paruh baya ini mengaku sudah lama menjadi penjual bubur candil keliling. Bahkan, hasil pendapatan pun bisa untuk membiayai sekolah ananyak dan memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya. "Berapapun pendapatan saya setiap hari, saya selalu syukuri," ujar dia.

Niat Sariyah untuk menunaikan ibadah haji rupanya terwujud pada 2010. Dia mendaftar pemberangkatan haji ke Kantor Kementerian Agama Banyumas. Namun, dia harus masuk dalam daftar antrean dan baru akan berangkat Haji pada tahun 2014 ini. "Saat itu, saya mendaftar dengan uang Rp 25 juta dan harus mengantre empat tahun," katanya.

Meski sudah mendaftarkan diri, Sariyah tetap meneruskan kebiasaannya untuk gemar menabung. "Saya nabung terus karena uangnya kan masih kurang untuk ongkos dan sangu haji," jelasnya.

Satu kunci untuk bisa mewujudkan niat beribadah haji menurut dia, adalah ketekunan dan selalu berdoa meminta rida Allah SWT agar selalu diberi perlindungan dan menysukuri segala nikmat yang telah diberikan. "Kuncinya hanya satu, niatnya harus sungguhan dan selalu berdoa kepada Allah SWT, lalu kita berusaha," ungkapnya.

Tuesday

Terlahir dengan Kepala Terbalik, Claudio Sukses Jadi Pembicara Internasional

Claudio Vieira de Oliveira

Claudio Vieira de Oliveira terlahir dengan leher terlipat ke belakang. Alhasil, pria ini harus menjalani hidupnya dengan posisi kepala yang terbalik.

Namun, kondisi fisik yang bahkan membuat dokter yakin bahwa Claudio tak akan berumur panjang tidak membuat pria itu menyerah. Di tengah keterbatasannya, kini Claudio meraup sukses dalam kehidupannya.

Claudio (37) tak hanya terlahir dengan leher melipat ke arah punggung, kakinya juga tak sempurna. Demikian pula dengan kedua tangannya yang nyaris tak berfungsi.

Saat baru lahir, para dokter menyarankan ibunya agar berhenti memberinya makan karena para dokter yakin bahwa peluang Claudio untuk bertahan hidup sangat tipis.

Claudio Vieira de Oliveira

Namun, kenyataannya, Claudio yang berasal dari Monte Santo, Brasil, itu tak hanya berumur panjang, tetapi bisa mengatasi segala kekurangannya. Bahkan dia menyelesaikan pendidikannya sebagai akuntan dan sukses menjadi seorang pembicara.

"Sejak kecil, saya selalu menyibukkan diri dengan berbagai hal. Saya tak suka bergantung pada orang lain," kata Claudio.
"Saya belajar menyalakan televisi, menjawab telepon, menyalakan radio, serta menggunakan internet dan komputer. Semua saya lakukan sendiri," tambah dia.

Bagaimana Claudio mengerjakan semua itu? Dia mengetik dengan menggunakan telepon yang digigit, mengoperasikan telepon dan mouse komputer menggunakan bibirnya, serta menggunakan sepatu khusus yang membuatnya bisa berjalan-jalan keliling kota.
Soal masa kecil Claudio, sang ibu Maria Jose memiliki banyak kenangan, termasuk prediksi dokter yang yakin bahwa putranya itu tak berumur panjang.

"Semua orang mengatakan bayi itu (Claudio) akan meninggal karena saat lahir dia kesulitan bernapas. Beberapa orang bahkan mengatakan Claudio tak usah diberi makan karena dia sudah sekarat," ujar Maria Jose.
Namun, Maria Jose tak mendengarkan ucapan orang-orang itu. Keteguhan Maria terbayar ketika kini Claudio menjalani hidup penuh kesuksesan.

"Kini yang saya rasakan adalah kebahagiaan. Claudio sama dengan orang lain, itulah cara saya membesarkannya di rumah ini," kata Maria.
"Kami tak pernah berusaha mengubah tubuhnya dan selalu menginginkan dia melakukan banyak hal normal seperti orang lain," lanjut dia.

Hidup sukses
Dengan cara mendidik seperti itu, kata Maria, Claudio tumbuh dengan rasa percaya diri dan tak pernah malu dengan dirinya sendiri. "Saat berusia delapan tahun, Claudio yang awalnya selalu digendong ke mana-mana mulai berjalan dengan lututnya," kenang Maria.

Claudio Vieira de Oliveira

Akibatnya, keluarga harus mengganti lantai rumah sehingga Claudio bisa berjalan di dalam rumah tanpa harus mencederai dirinya sendiri.
Semua tempat di rumah itu dibuat untuk menyesuaikan dengan kondisi fisik Claudio. Tempat tidurnya, semua stop kontak, dan lampu dibuat lebih rendah sehingga dia bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain.

Dengan bentuk tubuhnya yang tak lazim ini, bahkan Claudio tak bisa menggunakan kursi roda. Namun, dia memohon kepada ibunya agar diizinkan bersekolah dan belajar dengan anak-anak lainnya.

Belakangan, para dokter mendiagnosis kondisi Claudio sebagai congenital arthrogryposis, suatu kondisi tubuh yang sangat langka. "Sepanjang hidup, saya mampu beradaptasi dengan kondisi tubuh saya. Saat ini saya tak memandang diri sebagai orang biasa. Saya manusia normal," ujar Claudio.

"Saya tak melihat dunia secara terbalik. Inilah yang selalu saya sampaikan saat saya berbicara di hadapan publik," tambah dia.
"Kini semakin mudah menghadapi publik. Saya sudah tak memiliki ketakutan dan saya bisa katakan, saya profesional, pembicara publik internasional, dan saya mendapat undangan untuk berbicara dari seluruh dunia," tambah Claudio bangga.

 
Top