Daya tarik Dieng tidak sebatas keindahan alam nan
eksotis. Mitos yang menyelimutinya semakin menjadi pesona sekaligus magnet
kunjungan turis lokal dan mancanegara.
Sebutlah anak gembel dari Dieng. Kisah misteri keberadaan anak-anak gimbal ini begitu tersohor. Rambut mereka menjadi kaku tidak tercipta sejak lahir atau karena kesengajaan. Penyebabnya justru berlangsung saat usia anak balita. Diawali oleh demam tinggi, keesokan harinya beberapa helai rambut menyatu jadi gimbal.
Muhammad Alfarizi Masaid / Foto: Bhrahu Pradipto |
Setiap proses menjadi gimbal, demam bisa datang
berulang. Anehnya, penampilan si anak gembel berubah kusam. Meskipun mandi dan
keramas, kulit mereka seolah tak terawat. Ketika rambut gimbalnya dipotong,
anak yang menderita “penyakit aneh” ini jatuh sakit lagi dan rambutnya kembali
mengeras.
Belum ada yang bisa menjawab fenomena ini. Tak banyak kajian ilmiah yang membahasnya. Ketika dugaan penyebab gimbal berhubungan dengan kebersihan anak dan keluarganya, nyatanya kejanggalan juga terjadi pada keluarga dengan tingkat sanitasi di atas rata-rata. Contoh nyata tampak pada Muhammad Alfarizi Masaid, siswa kelas III SD (tahun 2011, pen). Rambutnya gimbal sementara adiknya berambut normal. Mereka berdua dibesarkan pasutri petani kentang yang cukup berhasil.
Menurut Drs. M. Aziz Wijaya, M. Si, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Wonosobo, dunia kedokteran baru bisa mendeteksi penyebab gimbal disebabkan demam tinggi dan perubahan struktur rambut.
Legenda si gembel
Legenda soal anak gembel berhubungan erat dengan mitos kyai Kolodote. Konon, di sekitar abad 17 ada tiga orang Kyai datang ke daerah ini (saat itu masih menjadi hutan yang lebat) yaitu Kyai Walik, Kyai Karim dan Kyai Kolodote. Dua kyai yang disebutkan awal membangun kota Wonosobo (Wono berarti hutan, dan sobo artinya mengunjungi), sementara Kyai Kolodote berdiam di Dieng.
Menurut cerita masyarakat, sosok Kyai Kolodote memiliki rambut gimbal dan beraliran kejawen. Bersama istrinya, Nyai Larascinde, tiba-tiba moksa (hilang tanpa bekas) di atas Gunung Kendil.
Muhammad Alfarizi Masaid / Foto: Bhrahu Pradipto |
Kini, sang Kyai memilih beberapa anak sebagai
“titipan” sebelum melakukan kunjungan gaib kepada roh dua rekannya. Sebagian
penduduk meyakini, bila rambut gimbal tampak pada anak perempuan merupakan ulah
Nyai Larascinde
Satu-satunya cara mengembalikan rambut gimbal kembali normal harus melewati proses ruwatan. Sebelumnya, orang tua harus menuruti permintaan anak gimbal. Keinginan terunik yang pernah terjadi yakni permintaan 100 kepala ayam sebagai syarat mau diruwat, sebagaimana diceritakan M. Alif, staff pariwisata Dieng.
Kemudian, ketua adat atau disebut Kasepuan mempersiapkan upacara pemotongan rambut. Diawali dengan perjalanan ketua adat bersama asistennya melakukan napak tilas ke seluruh tempat petilasan Kyai Kolodote.
Letak dataran tinggi Dieng tepat di perbatasan dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo. Artinya, ada dua Kasepuan sesuai daerah masing-masing. Rusmanto di kawasan Wonosobo dan Naryono mewakili Banjarnegara.
Bagi (Mbah) Rusmanto cukup 10 petilasan yang dikunjungi, sementara (Mbah) Naryono wajib mendatangi 20 tempat. Setelah upacara ruwatan selesai, rambut anak gimbal dilarungkan (dihanyutkan) ke sungai. Rambut si anak pun akan kembali tumbuh normal.
Acara
ruwatan biasanya dilaksanakan pada bulan Juli, saat musim panas sehingga
menjadi suguhan wisata yang menarik.
Foto: Bhrahu Pradipto
masih penasaran, pengin ke dieng.
ReplyDelete