Demi mengobati istrinya, Mei Guanghan rela berutang selama 24 tahun dan mencatat semua utang-utangnya – Foto: chinanews.com |
Mei
Guanghan (66) 24 tahun lalu meminjam uang sebesar 70.000 yuan atau sekitar Rp
124 juta dari puluhan tetangganya di Desa Tingpang, Provinsi Zhejiang, China,
untuk biaya pengobatan istrinya. Sejak
saat itu, satu-satunya tujuan hidup Guanghan adalah membayar lunas utangnya
kepada semua tetangga yang telah membantunya.
Dulu,
Guanghan, istrinya, Ren Chun’ai, dan seorang putri berusia 15 tahun hidup
berkecukupan dan bahagia. Namun, kehidupan pria ini berubah pada April 1990
ketika sang istri pergi ke kota untuk membeli makanan. Ren
Chun’ai mengendarai traktor untuk pergi ke kota. Dalam perjalanan pulang, dia
terlibat kecelakaan yang cukup fatal.
“Di
pegunungan dua traktor berjalan dengan arah yang sama. Saya membelokkan
traktor, tetapi rodanya tergelincir dan saya terjatuh ke dalam lembah,” kenang
Ren Chun’ai.
Saat
jatuh, Ren menghantam bebatuan yang kemudian menyebabkannya koma. Biaya
pengobatan untuk menyelamatkan Ren sangat besar dan tak bisa ditanggung
pendapatan Guanghan yang hanya seorang petani biasa. Karena
cintanya yang besar kepada sang istri, Guanghan akhirnya harus mengetuk pintu
setiap rumah tetangga di desanya untuk meminjam uang berapa pun yang mereka
punya demi membayar biaya perawatan sang istri.
Tak
hanya meminjam, Guanghan mencatat nama semua orang yang membantunya dan jumlah
uang yang mereka pinjamkan. Kepada semua orang yang membantunya, Guanghan
berjanji akan membayar utangnya.
“Satu
hari kelak, saya akan datang kembali, mengetuk pintu dan mengembalikan uang
Anda,” kata Guanghan saat itu.
Rupanya,
Guanghan tidak main-main dengan janjinya itu. Selama 15 tahun berikutnya, dia
rela hidup pas-pasan agar bisa menyisihkan uang untuk membayar utang-utangnya.
Saat uang yang dikumpulkan sudah cukup, dia akan mendatangi seorang tetangganya
dan mengembalikan uang yang pernah dipinjamnya.
Pekan
ini, adalah tahun ke-24 Guanghan tak lupa membayar utangnya, dan pekan ini
lunas sudah dia membayar seluruh utangnya, kecuali untuk empat keluarga yang
pindah dari desa itu dan tidak bisa dihubungi. Namun,
Guanghan tetap berencana untuk melacak keberadaan keempat bekas tetangganya itu
dan mengembalikan uang mereka.
Keteguhan
Guanghan memegang janji memang berimbas pada kehidupannya. Pendapatannya yang
rendah membuat dia dan istrinya harus hidup di sebuah gubuk satu kamar yang
nyaris tanpa perabotan. Sangat
menakjubkan melihat Guanghan mampu menyisihkan uang yang seharusnya bisa dia
gunakan untuk membeli keperluan sehari-hari. “Saya tak mempunyai pilihan. Janji
adalah janji dan saya tak bisa mengambil tanpa memberi sesuatu,” kata dia.
Di
samping itu, Guanghan juga harus merawat sang istri, yang meskipun nyawanya
terselamatkan, tetapi menjadi lumpuh akibat kecelakaan itu. Setiap pagi selama
24 tahun Guanghan secara rutin memandikan lalu memberi istrinya makan. Semuanya
dilakukan karena Guanghan yakin rumahnya akan kosong tanpa kehadiran sang
istri.
Meski
Guanghan sudah membayar lunas semua utangnya, dia tetap menyimpan buku kecil
berisi catatan nama-nama tetangga yang membantu memberi pinjaman uang. Dia
berniat mewariskan buku itu kepada anak cucunya agar mereka tak pernah
melupakan jasa orang-orang yang menyelamatkan nyawa sang ibu. “Jangan pernah
tidak berterima kasih,” kata Guanghan penuh ketulusan.
0 komentar:
Post a Comment
terimakasih sudah mengunjungi blog eotika :)
berikan sumbangan terkecil anda untuk blog sederhana ini berupa like pada FansPage blogEotika atau klik salah satu iklan yang ada di blog ini.. apalah arti sebuah klik.. terimakasih ;)