Mantan
Presiden Abdurrahman Wahid secara bercanda pernah mengatakan bahwa di negeri
ini ada dua polisi yang tidak bisa disuap, yakni pertama “polisi tidur” dan
kedua Hoegeng.
Mungkin banyak dari
kita yang tidak tahu, bahwa Bapak Hoegeng lah yang pertama kali menyarankan
agar para bikers menggunakan helm demi keselamatan.. walaupun di awal
pencetusan idenya ini banyak datang fitnah bertubi-tubi, tapi dengan kalem
beliau menanggapi "suatu saat masyarakat Indonesia akan cerdas dan akan
tahu betapa pentingnya menggunakan helm saat berkendara". maklum pada
tahun 75-an belum banyak sepeda motor, apalagi kecelakaan lalu lintas.
tentang
candaan Gusdur sebenarnya bukan untuk kalangan polisi saja, tetapi masyarakat
umum pun dapat belajar dari kisah kehidupan Jenderal Hoegeng. Sesungguhnya
budaya korupsi itu dapat ditangkal dengan nilai kejujuran, kerja keras, dan
kesederhanaan seperti yang tecermin dalam tingkah laku Hoegeng. Hoegeng lahir
di Pekalongan 14 Oktober 1921.
Nama
pemberian ayahnya adalah Iman Santoso. Waktu kecil dia sering dipanggil bugel
(gemuk), lama kelamaan menjadi bugeng, dan akhirnya berubah jadi hugeng.
Setelah dewasa bahkan sampai tua, dia tetap kurus. Ayahnya Sukario Hatmodjo
pernah menjadi kepala kejaksaan di Pekalongan; bertiga dengan Ating
Natadikusumah (kepala polisi) dan Soeprapto (ketua pengadilan), mereka menjadi
trio penegak hukum yang jujur dan profesional.
Ketiga orang inilah yang memberikan andil bagi penumbuhan sikap menghormati hukum bagi Hoegeng kecil. Bahkan karena kekaguman kepada Pak Ating– yang gagah, suka menolong orang, dan banyak teman–, Hoegeng pun bercita-cita menjadi polisi. Setelah lulus PTIK tahun 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur.
Ketiga orang inilah yang memberikan andil bagi penumbuhan sikap menghormati hukum bagi Hoegeng kecil. Bahkan karena kekaguman kepada Pak Ating– yang gagah, suka menolong orang, dan banyak teman–, Hoegeng pun bercita-cita menjadi polisi. Setelah lulus PTIK tahun 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur.
Penugasannya
yang kedua sebagai kepala reskrim di Sumut menjadi batu ujian bagi seorang
polisi karena daerah ini terkenal dengan penyelundupan. Hoegeng disambut secara
unik, rumah pribadi dan mobil telah disediakan oleh beberapa cukong perjudian.
Dia menolak dan lebih memilih tinggal di hotel sebelum dapat rumah dinas.
Masih
ngotot, rumah dinas itu kemudian juga dipenuhi perabot oleh tukang suap itu.
Kesal, dia mengultimatum agar barang-barang itu diambil kembali oleh pemberi
dan karena tidak dipenuhi akhirnya perabot itu dikeluarkan secara paksa oleh
Hoegeng dari rumahnya dan ditaruh di pinggir jalan.
Maka
gemparlah Kota Medan karena ada seorang kepala polisi yang tidak mempan
disogok. Setelah sukses bertugas di Medan, Hoegeng kembali ke Jakarta. Untuk
sementara dia dan istri menginap di garasi rumah mertuanya di Menteng. Kemudian
dia ditugasi sebagai Kepala Jawatan Imigrasi.
Sehari
sebelum diangkat, dia menutup usaha kembang yang dijalankan istrinya di Jalan
Cikini karena khawatir orang-orang yang berurusan dengan imigrasi sengaja
memborong bunga untuk mendapatkan fasilitas tertentu. Selepas dari sini, atas
usul dari Sultan Hamengku Buwono IX, Hoegeng diangkat menjadi Menteri Iuran
Negara dalam Kabinet “Seratus Menteri” Juni 1965. Tahun 1966 dia kembali ke
kepolisian sebagai deputi operasi dan tahun 1968 menjadi panglima angkatan
kepolisian.
Dalam
jabatan ini terjadi beberapa kasus yang menarik perhatian publik seperti Sum
Kuning, penyelundupan Robby Tjahyadi, dan tewasnya mahasiswa ITB Rene Coenrad.
Keuletan menuntaskan kasus besar itu mengakibatkan Hoegeng diberhentikan oleh
Presiden Soeharto walaupun masa jabatannya sebetulnya belum berakhir.
Sebelumnya
Hoegeng juga merintis pemakaian helm bagi pengendara kendaraan bermotor yang
ketika itu menjadi polemik. Kini terasa bahwa instruksi itu memang bermanfaat.
Hoegeng ditawari jabatan duta besar di sebuah negara Eropa, tetapi dia menolak.
Alumnus PTIK tahun 1952 ini lebih senang jadi orang bebas, dia tampil dengan
grup musik Hawaiian Senior di TVRI, satu-satunya saluran televisi masa itu.
Namun
musik barat dengan kalungan bunga itu dianggap kurang sesuai dengan
“kepribadian nasional” oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo sehingga dia tidak
boleh tampil lagi. Kemudian Hoegeng bergabung dengan rekan-rekannya yang kritis
dalam Petisi 50. Dia tetap sederhana. Ketika rapat kelompok ini di rumah Ali
Sadikin, tidak jarang Hoegeng naik bajaj.
Apa yang mendorong Hogeng menjadi tokoh yang bersih dan antikorupsi? Barangkali pendiriannya yang ditanamkan oleh ayahnya bahwa “yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan; jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan”.
Ayahnya seorang birokrat yang sampai akhir hayatnya tidak sempat punya tanah dan rumah pribadi. Melihat kondisi sekarang, relevan untuk merenungkan pendapat Hoegeng: “Pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk membersihkan diri selalu dimulai dari kepala.”
Apa yang mendorong Hogeng menjadi tokoh yang bersih dan antikorupsi? Barangkali pendiriannya yang ditanamkan oleh ayahnya bahwa “yang penting dalam kehidupan manusia adalah kehormatan; jangan merusak nama baik dengan perbuatan yang mencemarkan”.
Ayahnya seorang birokrat yang sampai akhir hayatnya tidak sempat punya tanah dan rumah pribadi. Melihat kondisi sekarang, relevan untuk merenungkan pendapat Hoegeng: “Pemerintahan yang bersih harus dimulai dari atas. Seperti halnya orang mandi, guyuran air untuk membersihkan diri selalu dimulai dari kepala.”
Terhadap
para pemimpin yang kini saling berebut kekuasaan, tepat ujaran Hoegeng, “It’s
nice to be important, but it’s more important to be nice.” Ucapan yang sama
sering pula dilontarkan kemudian oleh penyiar Ebet Kadarusman. Hoegeng sendiri
punya pengalaman unik dengan Presiden Soekarno.
Suatu
kali dia bersama lulusan PTIK tahun 1952 dipanggil ke Istana. Ketika ditanya
namanya, Soekarno berkomentar, “Apa tidak salah itu, kan seharusnya Sugeng.
Mbok diganti Soekarno.” Kontan saat itu Hoegeng menjawab, “Nggak bisa Pak,
karena Hoegeng itu dari orangtua saya, kebetulan nama pembantu di rumah saya
juga Soekarno."
“Kurang
ajar kamu,” kata Presiden Soekarno sambil tertawa lepas. Sikap terbuka dan
tidak takut kepada atasan bila benar itulah yang dipegang oleh Hogeng selama
bertugas. Namun itulah yang mengakibatkan dia dicopot dari jabatan kepala
kepolisian tahun 1971 oleh Presiden Soeharto. Kasus tertembaknya mahasiswa ITB
Rene Conrad tidak sepenuhnya memuaskan hatinya.
Kasus Sum Kuning di Yogya yang melibatkan putra seorang pejabat/bangsawan Yogya serta seorang putra pahlawan revolusi diputuskan secara berliku-liku. Demikian pula dengan kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahyadi.
Kasus Sum Kuning di Yogya yang melibatkan putra seorang pejabat/bangsawan Yogya serta seorang putra pahlawan revolusi diputuskan secara berliku-liku. Demikian pula dengan kasus penyelundupan mobil mewah oleh Robby Tjahyadi.
Hoegeng
ingin bertindak profesional, tetapi hal ini tampaknya tidak menyenangkan hati
atasannya. Memang kalau kita ingin hukum tegak di negeri ini, contoh itu harus
dimulai dari presiden. Hoegeng seorang pekerja keras. Dia adalah profesional
sejati.
Dari orangtuanya dia mewarisi nilai-nilai kebajikan yang tidak mengagungkan harta atau kepemilikan. Kejujuran dan kepedulian sosial itulah yang lebih utama. Namun Hoegeng bukan hanya seorang yang bersih untuk dirinya sendiri.
Dia
juga membersihkan lingkungannya. Istrinya tidak diberi kesempatan untuk
melakukan KKN. Anak-anaknya dilarang memanfaatkan fasilitas jabatan sang ayah.
Di tempat bertugas, dia membersihkan anak buahnya. Yang tidak jujur dikeluarkan
atau dikontrol sedemikian rupa sehingga tidak tahan untuk keluar.
Di
antara rekan-rekan seprofesi dalam bidang penegakan hukum Hoegeng mengupayakan
forum untuk mengatasi berbagai kejahatan, termasuk korupsi. Di Medan dia
berhasil memberantas korupsi dan penyelundupan berkat kerja sama dengan
instansi lain, termasuk militer.Delapan tahun silam, 14 Juli 2004 dini hari,
Hoegeng Iman Santoso telah pergi. Makin habis orang-orang jujur di negeri ini.
Semoga
sekilas kisah tentang Jenderal Hoegeng ini dapat menginspirasi kita untuk
melakukan yang lebih baik untuk memajukan bangsa!! Indonesia Merdeka!!!
Semoga dengan jendral yang hebat ini memotivasi polisi-polisi muda kita sobat.
ReplyDeleteamiin.. semoga ya sob..
Delete