Ketika memasuki usia sekolah, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah, Fokker selalu membuat pusing guru dan orang tuanya karena kegemarannya menggambar mesin khususnya rancangan mesin kereta api dan pesawat. Ketertarikan Fokker terhadap pesawat terbang makin menggila ketika menyaksikan demo flight yang dilaksanakan perancang pesawat pertama di dunia, Wilbur Wright, pada 1908 di Le Mans, Perancis. Kegemaran membuat rancangan mesin itu membuat Fokker tak bisa fokus terhadap mata pelajaran lainnya sehingga mengakibatkan dirinya drop out dari sekolah menengah.
Ayahnya yang menyadari jika anaknya sangat berminat terhadap rancangan mesin mobil dan pesawat terbang lalu mengirimkan Fokker untuk sekolah teknik mesin mobil di J Bingen Technical School, Jerman. Karena ketertarikan utama Fokker tetap pada mesin pesawat terbang, ia kemudian dipindah ke Erste Deutsche Automobil Fachshule yang berada di kawasan Mainz.
Pendidikan teknik penerbangan yang dijalani Fokker segera menunjukkan hasilnya setelah dirinya sukses membuat pesawat rancangannya sendiri, De Spin. Aksi penerbangan Fokker menggunakan De Spin menjadikan dirinya bak selebriti ketika pada Agustus 1911, ia melaksanakan demo flight di sekeliling menara Sint Bavokerk yang menjulang di Harlem. Fokker bahkan diundang terbang di atas Belanda untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Tapi karena Fokker juga bermental pengusaha dan melihat pasar potensial untuk mengembangkan bisnis pesawat berada di Jerman, Fokker pun kembali lagi ke negara tempat menimba ilmu itu.
Sebagai perancang pesawat terbaik di Jerman dan masih berkewarganegaraan Belanda, pada awalnya Fokker tetap dianggap orang asing yang tidak perlu dikagumi. Rancangan Fokker kadang masih dianggap kelas dua oleh para perancang asli Jerman. Salah satu rancangan Fokker yang mumpuni adalah sistem rotary engine yang secara kemampuan (power) dan kualitas lebih unggul dibandingkan sistem rotary engine buatan perancang Jerman.
Meskipun mendapat perlakuan diskriminatif, Fokker memilih mengalah. Karena selama tinggal di Jerman dirinya sudah maklum terhadap warga Jerman (ras Germania) yang selalu merasa lebih unggul dibandingkan bangsa lainnya. Namun ketika militer Jerman mulai memikirkan pentingnya pesawat dalam pertempuran, Fokker diterima sebagai warga Jerman (1914) dengan syarat pesawat hasil rancangannya harus bermanfaat bagi militer Jerman.
Sistem penembakan senapan mesin yang pelurunya melintas di antara putaran baling-baling sebenarnya bukan murni rancangan Fokker sendiri. Melainkan pengembangan dari pesawat sitaan Perancis yang berhasil ditembak jatuh dan disita militer Jerman. Pilot Perancis yang tertawan, Roland Garros yang tertembak jatuh pada April 1915, kebetulan merupakan salah satu perancang alat penembakkan (synchronization device) itu dan memberikan banyak masukan kepada teknisi Jerman saat ditawan. Fokker termasuk teknisi yang paling dominan dalam pengembangansynchronization device itu dan bisa merampungkan karyanya dalam waktu 48 jam.
Memasuki 1916 pertempuran udara di atas Eropa makin mematikan berkat hadirnya pesawat biplane tipe baru Fokker D II dan D III, yang memiliki kemampuan lebih cepat (150 kilometer per jam) dan bersenjata senapan mesin tunggal IMG 08 kaliber 7,92 mm. Tapi keunggulan Fokker D II dan DIII ternyata tersaingi oleh pesaingnya, pesawat tempur biplane Albatros DI dan DII yang menggunakan mesin lebih kuat, Mercedes. Karena kalah performa, Fokker D II dan DIII oleh militer Jerman kemudian ditawarkan kepada Belanda yang selama PD I menyatakan diri sebagai negara netral.
Akibat penurunan kemampuan mesin Fokker itu, bahkan setelah mesin Mercedes dipasang menjadikan tahun 1916 merupakan masa suram bagi Fokker. Lembaga pengawas penerbangan militer Jerman, Inspektion der Fliegertruppen (Idflieg) bahkan memerintahkan agar Fokker bekerja sama dengan industri penerbangan lainnya untuk meningkatkan mutu. Apalagi pada tahun yang sama kepala perancang Fokker, Martin Kreuzer tewas akibat kecelakaan pesawat. Peran Martin kemudian digantikan oleh Franz Moser yang kelak sukses merancang pesawat Fokker, Dr 1 triplane, D VIIbiplane, dan D VIII monoplane.
Kagum saya..
ReplyDeletePembuat pesawat tempur andalan Indonesia ª∂a̲̅ gk Ƴɑ̤̥̈̊ªªªª?
ReplyDeleteyg saya tau pak Bj. Habibie..
Deletetapi beliau bukan pembuat pesawat tempur..
thx atas informasi.a
ReplyDeleteWah ,, ternyata yang berbau Indonesia itu hebat-hebat yah.

ReplyDeleteheheheh,, Hebat deh Foker.
Nice Inpo Gan